Mereka menunggu kedatangan orang tua agar dapat segara pulang. Badan Yati terasa gemetar di tengah situasi itu. Para orang tua yang menjemput anaknya pun ikut menangis.
Paman Abdul, Syarif, datang ke sekolah dan tampak diam memandang tumpukan puing-puing bekas kecelakaan yang merenggut nyawa keponakannya. Ia mengenang Abdul sebagai anak yang baik dan sopan.
Baca Juga:
7 Usulan Calon Kota dan Kabupaten Baru di Jawa Barat, Ini Daftarnya
"Abdul anak yang baik. Sama orang tua juga sopan," kata Syarif.
Setiap hari, lanjut Syarif, Abdul dan sang adik diantar jemput oleh sang kakek menggunakan sepeda motor.
Di lokasi, tumpukan puing-puing kecelakaan ditaburi bunga. Wangi pandan yang khas tercium kuat hingga melewati area gerbang.
Baca Juga:
TPA Burangkeng Bekasi Kembali Beroperasi usai Terjadi Longsor
Banyak barang yang terlihat di sana, mulai dari gerobak, panci, hingga sepatu hitam anak sekolah.
Warga juga tampak datang silih berganti melihat tumpukan itu. Bincang-bincang warga yang saling bercerita kecelakaan maut itu pun masih terdengar di sekitar lingkungan sekolah.[zbr]