Tahun 1991, Taiwan mencabut aturan darurat, secara sepihak mengakhiri keadaan perang dengan China. Pembicaraan langsung pertama antara kedua pihak diadakan di Singapura dua tahun kemudian.
Namun, pada 1995, Beijing menunda pembicaraan sebagai protes atas kunjungan Presiden Taiwan Lee Teng-hui ke Amerika Serikat.
Baca Juga:
Pemkab Dairi Siap Dukung Gugus Tugas Polri Sukseskan Ketahanan Pangan
Tahun 1996, China menguji coba rudal ke Taiwan untuk menakut-nakuti pemilih dalam pemilihan presiden demokratis pertama di pulau itu.
Dalam pemilu 2000, KMT kehilangan kekuasaan di Taiwan untuk kali pertama, dan selama lima tahun berikutnya hubungan perdagangan antara kedua pihak meningkat, pertama melalui laut dan kemudian melalui udara.
Maret 2005, Beijing mengadopsi undang-undang yang mengilegalkan pemisahan diri oleh Taiwan dengan risiko tindakan militer jika terjadi pelanggaran. Pada April 2005, ada pertemuan pertama para pemimpin KMT dan Partai Komunis China sejak 1949.
Baca Juga:
Polsek Bagan Sinembah Gelar Kegiatan Launching Gugus Tugas Polri dan Ketapang.
Tahun 2008, Taiwan dan China melanjutkan pembicaraan tingkat tinggi setelah Ma Ying-jeou dari KMT terpilih sebagai presiden yang bersahabat dengan Beijing.
Pada 2010, mereka menandatangani Perjanjian Kerangka Kerja Sama Ekonomi, dan tahun 2014 mengadakan pembicaraan pemerintah-ke-pemerintah pertama sejak pemisahan.
Pada 2015, para pemimpin kedua pihak bertemu di Singapura, berjabat tangan dan melambai dengan antusias kepada banyak pers, tetapi tidak menerbitkan pernyataan bersama.