Bekasi.WahanaNews.co - Dewan Pimpinan Cabang (DPC) GMNI Kota Bekasi menyikapi persoalan pemanfataan Energi Baru Terbarukan (EBT) yang ramah lingkungan.
Pasalnya, hal tersebut harus konsisten dilakukan agar dampak lingkungan dan ekonomi dalam pemanfaatan bahan bakar fosil bisa terus ditekan.
Baca Juga:
Menengok TPST Bantar Gebang Pasca Eks Gubernur Ahok Putus Kontrak Pengelolaan dengan PT GTJ
Menurut Ketua DPC GMNI Kota Bekasi, Fajar Febriyandi mengatakan, saat ini, tempat pembuangan sampah tersibuk ada di kota Bekasi, tepatnya di Kelurahan Sumur Batu, Cikiwul dan Ciketing Udik yang terletak di Kecamatan Bantar Gebang.
"Nah! Sebagai TPST tersibuk di Indonesia dengan total pemasukan sampah masuk sekitar 7500 ton per harinya, akibat dari masalah tersebut, solusi terbaru sangat diharapkan untuk mengatasi masalah pengelolaan sampah yang sampai kini belum teratasi secara maksimal," ujar Fajar di Bekasi, Rabu (11/10/2023).
Ia mengungkapkan, Pemerintah Kota (Pemkot) Bekasi berdasarkan berita acara evaluasi prasyarat teknis proyek Pengolahan Sampah Menjadi Energi Listrik (PSEL) di Kota Bekasi, nomor 42.EV.HPT/PP/PLTSA.LH/2023, lelang ini dimenangkan oleh konsorsium asal Tiongkok.
Baca Juga:
Ini Harapan Alimudin Soal Proyek PLTs di Bantar Gebang
"Dengan hal tersebut, diharapkan agar Pemkot Bekasi bisa mempertimbangkan beberapa permasalahan yang harus diperhatikan, seperti aspek tekonologi, aspek ekonomi, aspek sosial pembangunan, dan aspek analisis resiko dampak lingkungan," paparnya.
Lebih lanjut, menurutnya, Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) memang menjadi salah satu proyek green energy yang ditujukan untuk memanfaatkan energi yang dihasilkan dari sumber daya alami yang dapat.
Hal itu pun lantas perlu diperbaharui secara terus-menerus, baik melalui matahari, air, angin, dan biomassa. Sedangkan, dalam hal ini biomassa merupakan hasil limbah daripada sampah organik dan non organik yang kemudian diolah menjadi listrik.