BEKASI.WAHANANEWS.CO - Ratusan siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Kota Bekasi, menggelar aksi protes terkait biaya wisuda sebesar Rp1 juta dan kondisi fasilitas sekolah yang dinilai memprihatinkan.
Dalam aksinya, para siswa membentangkan spanduk, berisi tuntutan perbaikan fasilitas dan transparansi penggunaan dana sekolah, yang selama ini dinilai kurang jelas peruntukannya.
Baca Juga:
Aksi Didepan Gedung Kejari, Mahasiswa dan Pemuda Kota Bekasi Tuntut Usut Oknum KNPI
Terpantau, para siswa menyampaikan sejumlah keluhan terkait kondisi gedung sekolah yang bocor saat hujan, serta minimnya dukungan dana untuk kegiatan ekstrakurikuler, yang selama ini harus ditanggung sendiri oleh siswa.
Menanggapi aksi tersebut, Kepala MAN 2 Bekasi, Nina Indriana, menjelaskan bahwa pihak sekolah sebetulnya telah melakukan perbaikan bertahap.
"Sebetulnya kita sudah mulai perbaikan. Sudah ada pemasangan AC di semua kelas, pemasangan gardu listrik, instalasi listrik, dan perbaikan-perbaikan gedung yang rusak," ujarnya saat ditemui di kantornya, Selasa (18/2/2025).
Baca Juga:
Bikin Bangga! Dua Siswi Kembar SMPN 34 Kota Bekasi Masuk Timnas U20 Putri
Namun, Nina mengakui, masih ada beberapa fasilitas yang belum diperbaiki hingga setengahnya, dan menganggap bahwa aksi tersebut adalah penyampaian aspirasi siswa.
"Yang bocor-bocor, yang bolong-bolong, kita perbaiki baru setengahnya. Setengah ke sini lagi belum terperbaiki. Saya menganggapnya bukan demo, tapi inspirasi dari anak-anak untuk segera memperbaiki yang bocor-bocor," jelasnya.
Persoalan fasilitas sekolah yang menjadi keluhan para siswa, Dikatakan oleh Nina sudah masuk dalam agenda perbaikan pihak sekolah. Bahkan untuk tahun 2024, pihak sekolah telah menyiapkan sejumlah program perbaikan yang akan segera direalisasikan dalam waktu dekat.
"Di tahun 2024, sudah ada pengadaan kamar mandi siswa-siswi, pemasangan CCTV seluruh kelas, dan perbaikan gedung baru. Rencana di 2025 lanjutkan perbaikan-perbaikannya. Karena kondisinya hujan terus, tentunya anak kebocoran terus. Mungkin kalau tidak hujan tidak akan ketahuan," tuturnya.
Selain masalah fasilitas, Nina juga menanggapi keluhan soal pembiayaan kegiatan ekstrakurikuler, yang selama ini dikeluhkan siswa. Menurutnya, sekolah telah mengalokasikan dana sesuai kemampuan untuk mendukung berbagai kegiatan siswa, termasuk honor pelatih dan kegiatan lomba.
"Misalnya anggaran untuk satu eskul itu 6 juta. Untuk pembayaran honor pelatih sama kegiatan. Honor pelatih saja sekitar 4,8 juta. Sisanya 1,2 juta kita alokasikan untuk kegiatan lomba-lomba," paparnya.
Terkait prestasi siswa, pihak sekolah menegaskan tidak ada paksaan bagi siswa untuk mengikuti berbagai kompetisi. Hal ini disampaikan Nina menanggapi keluhan siswa soal biaya tambahan untuk kegiatan lomba yang harus ditanggung sendiri.
"Kita bukan menuntut, tapi memberikan motivasi. Karena masuk ke perguruan tinggi negeri itu ada jalur prestasi. Silakan anak-anak cari prestasi di manapun. Kalau komite mampu membiayai, akan dibiayai. Tapi kalau tidak, mungkin ada pembiayaan sendiri. Ini sudah disampaikan ke orang tua dari awal," ungkapnya.
Dalam aksi tersebut, siswa juga menyuarakan tuntutan pergantian kepala sekolah. Menanggapi hal ini, Nina menyatakan siap menerima keputusan apapun dari pihak berwenang.
"Saya akan ditugaskan di mana saja tidak apa-apa. Karena dimanapun kita harus siap. Namanya ASN (Aparatur Sipil Negara)," pungkasnya.
Pasca aksi ini, pihak sekolah berjanji akan segera menggelar pertemuan dengan perwakilan siswa dan komite sekolah, untuk membahas berbagai tuntutan yang disampaikan. Evaluasi menyeluruh terhadap pengelolaan fasilitas dan keuangan sekolah juga akan dilakukan untuk memberikan solusi.