Bekasi.WahanaNews.co | Paus Fransiskus menyesalkan "sungai darah dan air mata" yang mengalir di Ukraina setelah invasi Rusia. Paus pun menuntut penciptaan koridor kemanusiaan bagi para pengungsi.
"Sungai darah dan air mata mengalir di Ukraina. Ini bukan hanya operasi militer tetapi perang yang menabur kematian, kehancuran dan kesengsaraan," kata paus kepada orang banyak yang berkumpul di Lapangan Santo Petrus, Roma, Minggu (6/3), dikutip dari AFP.
Baca Juga:
AM Putut Prabantoro: Pemda di Asia Pasifik Perlu Promosikan Perdamaian Demi Peradaban Dunia
Paus mengatakan kebutuhan akan bantuan ke Ukraina "bertumbuh secara dramatis setiap jam" karena jumlah korban dan pengungsi melonjak.
Dia mengeluarkan "imbauan sepenuh hati agar koridor kemanusiaan benar-benar diamankan ... agar bantuan dijamin dan akses difasilitasi ke daerah yang terkepung".
"Saya mohon agar serangan bersenjata dihentikan dan negosiasi -- dan akal sehat -- menang. Dan hukum internasional dihormati sekali lagi," ujar Paus.
Baca Juga:
Jelang Hari Listrik Nasional Ke-79, PLN UP3 Jambi Turut Nyalakan Serentak Light Up The Dream Masyarakat Tidak Mampu Di Provinsi Jambi
Paus telah berulang kali menyerukan diakhirinya perang dan telah mengirim dua kardinal ke Ukraina.
Dia berterima kasih kepada orang-orang yang menerima pengungsi Ukraina, serta jurnalis yang "mempertaruhkan hidup mereka untuk memberikan informasi," dengan mengatakan pekerjaan mereka "memungkinkan kita untuk menilai kekejaman perang".
Jumlah pengungsi dari Ukraina diperkirakan mencapai 1,5 juta pada hari Minggu (6/3/2022), atau hari ke-11 semenjak Rusia mulai menginvasi negara itu. Pemerintah Ukraina kini mendesak negara-negara Barat untuk membantu mereka dengan menambah lebih banyak sanksi dan pasokan senjata.
Sementara upaya evakuasi warga sipil dari Kota Mariupol kembali gagal setelah pasukan Rusia masih mengepung dan menembaki wilayah tersebut. Rencana gencatan senjata Rusia dan Ukraina belum benar-benar terwujud.
Namun, Presiden Rusia Vladimir Putin menyalahkan Kyiv atas gagalnya evakuasi warga sipil dari Kota Mariupol.
Di sisi lain pasukan Rusia masih menyerang sejumlah wilayah Ukraina. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyatakan rentetan rudal Rusia menghancurkan bandara sipil di Vinnytsia, di Ukraina tengah pada Minggu (6/3/2022).[gab]